Pengikut

16 Mar 2010

minyak jelantan jadi bahan bakar alternatif


Sebuah berita menggembirakan datang dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, yang mengabarkan bahwa minya bekas penggorengan atau yang dikenal dengan nama minyak jelantah ternyata dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan untuk kompor masak. Untuk itu, melihat kondisi kenaikan harga BBM dan harga minyak bumi, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) telah melakukan percobaan membuat kompor berbahan bakar nabati yakni dari minyak bakar jelantah.

Menurut BPPT, limbah minyak goreng (waste of vegetable oil) memiliki potensi sebagai alternatif energi bahan bakar nabati bisa menurunkan 100% emisi gas buangan Sulfur dan CO2 serta CO sampai dengan 50%, dan sekaligus mampu mengurangi pencemaran air, tanah, dan udara. Minyak jelantah berdampak positif daripada dibuang, karena minyak jelantah dapat mencemari lingkungan. Lebih parahnya, jika terjadi penggunaan lebih dari dua kali, maka minyak jelantah ini dapat menyebabkan penyakit kanker. Penyakit hipertensi dan kolesterol juga dapat terjadi akibat kandungan asam lemak jenuh yang tinggi dari minyak jelantah.

Minyak jelantah sendiri memiliki kadar karbondioksida yang seimbang sehingga memiliki kemungkinan kecil resiko meledak, walaupun ketika pembakaran tidak terkendali, api bisa langsung membesar. Namun, menurut BPPT, minyak jelantah dapat meledak jika suhunya mencapai lebih dari 300 derajat Celcius. Diharapkan BPPT, teknologi baru ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat nantinya di tengah kelangkaan elpiji dan harga minyak tanah yang melambung.

INTEL, Processor ramah lingkungan


Global warming dan isu lingkungan hidup lainnya saat ini menjadi sebuah faktor yang menjadi sorotan utama dalam semua riset yang dilakukan. Sebuah teknologi baru diharapkan tidak hanya membawa sebuah inovasi dan peningkatan efisiensi tetapi juga harus memiliki nilai tambah bahwa teknologi tersebut juga harus ramah terhadap lingkungan. Inilah yang disebut dengan Green Technology.

Intel Corp. sebagai vendor prosesor terbesar di dunia juga sangat concern terhadap permasalahan lingkungan hidup. Riset-riset yang dilakukan oleh Intel saat ini mengarah pada mendapatkan prosesor dengan performa tinggi dan juga ramah terhadap lingkungan. Saat ini Intel membuat sebuah inovasi baru, yaitu ditemukannya material Hi-K yang menggantikan SiO2 dapat meningkatkan performa prosesor. Selain itu prosesor sekarang lebih ramah lingkungan karena pemakaian bebas timbal.

Intel Corp. mengembangkan sebuah teknologi mikroprosesor baru dengan menggunakan material Hi-K, yaitu material dengan nilai konstanta dielektrik tinggi, dan bebas Pb (timbal). Konstanta dielektrik melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu material bila diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik ini menjadi parameter dalam berbagai peralatan elektronik, terutama transistor. Semakin tinggi nilai K maka kapasitas transistor semakin besar. Sehingga ketika sedang off, arus yang masih keluar sangat sedikit sedangkan ketika sedang on, arus yang keluar sangat besar. Oleh karena itu, dengan material Hi-K maka kinerja prosesor akan semakin baik.

Kemudian timbal. timbal sudah lama digunakan dalam pembuatan prosesor sebagai paduan dalam proses soldering. Tetapi timbal merupakan salah satu logam berat dan material berbahaya yang dapat merugikan manusia dan merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu penggunaan timbal tidak boleh terjadi sehingga perlu dicari solusi untuk mengatasi permasalahan timbal. Riset Intel Corp. menemukan pengganti timbal, yaitu tin – silver – copper solder (lead free). Adapun keunggulan material tersebut yaitu titik leburnya lebih tinggi dari timbal, yaitu 220oC, nilai kekuatan meningkat, dan juga ramah lingkungan. Oleh karena itu adanya Pb-free ini dapat meningkatkan performa dari sebuah prosesor dan juga ramah terhadap lingkungan. Teringat akan tujuan akhir teknologi, yaitu menyelamatkan kehidupan di bumi, bukan mempersingkat masa hidup bumi.

PBB membuka KTT iklim di Bali

Menghadapi pencairan lapisan salju di kutub dan dampaknya yang kian memburuk, para pakar iklim pada KTT Iklim PBB, Senin mendesak perlunya tindakan segera menuju sebuah pakta internasional baru untuk memangkas kenaikan suhu bumi yang menakutkan.

Tujuan utama pada KTT yang akan berlangsung selama dua minggu tersebut yang diikuti oleh delegasi hampir dari 190 negara di dunia akan berusaha membujuk Amerika Serikat untuk menyetujui pengurangan emisi karbon dioksida dan efek-efek rumah kaca lainnya.

Walaupun delegasi Amerika Serikat menyatakan tidak ada halangan untuk menandatangai perjanjian emisi, Washington tetap menolak untuk mendukung upaya banyak negara lain, seperti pengurangan emisi oleh negara-negara kaya dan berusaha membatasi peningkatan temperatur global.

Posisi Amerika Serikat agak terpojok hari Senin lalu ketika Perdana Menteri Australia yang baru, menandatangi ratifikasi pakta iklim Kyoto Protocol. Langkah ini membuat Amerika Serikat, pemasok utama efek-efek rumah kaca dan emisi gas menjadi satu-satunya negara yang tidak mau meratifikasi pakta iklim tersebut.


Pemimpin KTT Iklim mendesak para delegasi untuk segera memerangi perubahan iklim global.

"The eyes of the world are upon you. There is a huge responsibility for Bali to deliver," kata Yvo de Boer, Sekjen KTT Iklim. "The world now expects a quantum leap forward."


KTT Iklim di Bali akan mengawali global momentum untuk menarik action yang dramatis untuk menghentikan perubahan temperatur dunia (global warming) yang dikatakan para ilmuwan dapat berdampak tenggelamnya pantai dan pulau-pulau oleh samudra, melenyapkan spesies-spesies, menghancurkan pertumbuhan ekonomi dan memicu bencana alam.


KTT iklim Bali adalah KTT pertama sejak mantan wapres Amerika Serikat Al Gore (yang kan datang minggu depan) dan dewan ilmiah PBB memenangkan hadiah Nobel di bulan Oktober lalu untuk jasa-jasa mereka terhadap lingkungan hidup.


Tujuan jangka pendek adalah negosiasi menuju sebuah pakta baru untuk menggantikan Kyoto Protocol yang akan habis masa berlakunya pada tahun 2012, dan merencanakan agenda dan batas waktu untuk pembicaraan lebih lanjut. PBB mengharapkan protokol baru segera dibicarakan sebelum tahun 2009 agar dapat menggantikan protokol Kyoto pada waktunya.